Sabtu, 17 September 2011
8 tahun.. ahamdulillah yah
catatan ini hanya buangan, buangan untuk tugas" yg tak sempat termuat di fd dan mungkin suda tak ingin saya musium kan,
18 sept ini tepat 8 tahun kakak saya Jaya Retno WiYanti tepat menenggak hari jadiannya dengan Chris Nugroho Yannto. lebaran besar nanti mereka akan bersegera mengakhiri masa lajangnya.. semoga langgeng my lovely sistaaa :D. syg kamuuuuuuu......
hari ini, pertemuan keluargaa... oh saya menunggu, kakak termangu, sista ku tersipuuuu.. ibu pun ikut membantuu, ayah di surga sana pasti juga membisu, ketika melihat anak gadisnya akan dijadikan menantuuu
ohhh.. syg keluargakuu
18 sept ini tepat 8 tahun kakak saya Jaya Retno WiYanti tepat menenggak hari jadiannya dengan Chris Nugroho Yannto. lebaran besar nanti mereka akan bersegera mengakhiri masa lajangnya.. semoga langgeng my lovely sistaaa :D. syg kamuuuuuuu......
hari ini, pertemuan keluargaa... oh saya menunggu, kakak termangu, sista ku tersipuuuu.. ibu pun ikut membantuu, ayah di surga sana pasti juga membisu, ketika melihat anak gadisnya akan dijadikan menantuuu
ohhh.. syg keluargakuu
Sabtu, 23 April 2011
nih kalo pada pengen tau jenis-jenis berbicara :)
Jenis-jenis Berbicara
Secara garis besar jenis-jenis berbicara dibagi dalam dua jenis, yaitu berbicara di muka umum dan berbicara pada konferensi. Guntur Tarigan (1981 : 22-23) memasukkan beberapa kegiatan berbicara ke dalam kategori tersebut.
- Berbicara di Muka Umum
Jenis pembicaraan meliputi hal-hal berikut :
a. Berbicara dalam situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan, bersifat informatif (informative speaking)
Berbicara untuk melaporkan, untuk memberikan informasi dilaksanakan jika seseorang berkeinginan untuk :
b. Memberi atau menanamkan pengetahuan
c. Menetapkan atau menentukan hubungan-hubungan antara benda-benda
d. Menerangkan atau menjelaskan suatu proses
e. Menginterpretasikan atau menafsirkan sesuatu perserujuan ataupun menguraikan sesuatu tulisan.
a. Pembicaraan-pembicaraan yang bersifat informatif misalnya :
Pengalaman-pengalaman yang harus dihubung-hubungkan, seperti pengaruh air kelapa terhadap kulit bayi.
b. Proses yang harus dijelaskan. Semisal : pertumbuhan janin di rahim
c. Tulisan-tulisan yang harus dijelaskan, seperti Allah lah yang memberi sakit dan Allah pula yang menyembuhkannya
d. Ide-ide atau gagasan yang harus disingkapkan, seperti kembali ke alam untuk mengatasi berbagai penyakit, artinya menggunakan obat-obatan tradisional.
e. Instruksi-instruksi atau pengajaran yang harus digambarkan dan diragakan, seperti tahapan menolong ibu yang akan melahirkan.
f. Berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk, mengajak, atau meyakinkan (persuasive speaking)
Aristoteles pernah mengatakan bahwa ”persuasi (bujukan, desakan, peyakinan) adalah seni penanaman alasan-alasan atau motif-motif yang menuntun ke arah tindakan bebas yang konsekuen.” persuasi adalah tujuan jikalau kita mnginginkan tindakan atau aksi. Pembicaraan yang bersifat persuasif disampaikan kepada para pendegar bila kita ingin penampilan suatu tindakan atau kita ingin mempengaruhi agar orang lain melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
g. Berbicara dalam situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati (deliberate speaking)
Berbicara untuk merundingkan pada dasarnya bertujuan untuk membuat sejumlah keputusan dan rencana. Keputusan itu dapat menyangkut sifat hakikat, tindakan masa lalu atau sifat hakikat tindakan masa kini. Misalnya dalam pemeriksaan dokter untuk mengangkat kanker rahim yang sudah cukup mengkhawatirkan. Jadi, perundingan antara dokter dengan pasien atau keluarganya tadi menghasilkan sebuah keputusan yang selanjutnya dilaksanakan yaitu operasi.
- Diskusi Kelompok
Berbicara dalam kelompok mencakup kegiatan berikut ini
a. Kelompok resmi (formal)
Berbicara formal seperti diskusi, ceramah, pidato, wawancara dan bercerita (dalam situasi formal)
Seperti dalam rapat,sidang,musyawarah,konverensi,konggres, dan seminar.
b. Kelompok tidak resmi (informal)
Berbicara informal meliputi bertukar pikiran, percakapan, penyampaian berita, bertelepon dan memberikan petunjuk.
Contoh :
Seorang perempuan tersesat di jalan dan ia tidak tahu kemana arah menuju stasiun kereta. Ia bertemu dengan seorang pelajar putri dan bertanya :
Perempuan : ”De, kemana arah stasiun kereta ?”
Pelajar : ”Ibu mau kemana ?”
Perempuan : ”Ibu mau ke stasiun kereta.”
Pelajar : ”Dari sini Ibu jalan kepertigaan lampu merah kira-kira 200 m dari pertigaan lampu merah, Ibu belok ke kiri, kira-kira 100 m di situ stasiun kereta.”
Perempuan : ”Terima kasih, De.”
Pelajar : ”Terimakasih kembali, hati-hati Bu.”
- Prosedur Parlementer
- Debat
Berdasarkan bentuk, maksud, dan metodenya maka debat dapat diklasifikan atas tipe-tipe berikut ini :
- Debat parlementer atau majelis
- Debat pemeriksaan ulangan
- Debat formal, konvensional atau debat pendidikan
Makalah PSP PGRI
Daftar Isi
Daftar Isi................................................................................................................. 1
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 2
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan dan Manfaat.............................................................................. 3
BAB II Pembahasan
A. Sejarah Kelahiran PGRI........................................................................ 4
B. Kelahiran PGRI 1945 dan Pelaksanaan Kongres PGRI......................... 5
C. PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan dalam Memasuki Era Baru
Awal Abad XXI................................................................................... 12
BAB III Penutup
A. Kesimpulan........................................................................................... 15
B. Saran.................................................................................................... 15
Daftar Pustaka........................................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru berperan dalam pengembangan sumber daya manusia secara dinamis prospektif dan mampu menjawab tantangan dalam masa depan, adanya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai wadah berhimpunnya segenap guru dan tenaga kependididkan lainnya merupakan organisasi perjuangan, organisasi profesi dan ketenagakerjaan yang membudayakan nilai-nilai Pancasila untuk memajukan pendidikan seluruh rakyat, membela dan memperjuangkan nasib guru. Keberadaan PGRI pun dengan penuh perjuangan dari Kaum Guru Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan wujud kelahiran PGRI.
Perjuangan hingga adanya PGRI merupakan pelajaran yang terpenting untuk seluruh rakyat pada umumnya, guru dan calon-calon pendidik khususnya, agar mereka dapat menghargai, mempedomani serta merasa termotivasi untuk lebih mengedepankan visi dan misi PGRI untuk terwujudnya pendidikan yang nyata bagi rakyat. Penyusunan makalah ini diharapkan mampu mempermudah pemahaman dan pelestarian nilai-nilai perjuangan guru dan partisipasinya dalam pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis nerumuskan masalah sebagai berikut :
§ Bagaimana sejarah kelahiran PGRI ?
§ Bagaimana pelaksanaan kongres PGRI ?
§ Apa Visi dan Misi PGRI ?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
§ Untuk mengetahui sejarah PGRI
§ Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Kongres PGRI
§ Untuk mengetahui Visi dan Misi PGRI
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kelahiran PGRI
PGRI dibentuk bukan secara spontan ataupun tanpa tujuan. Sebelum Persatuan Guru Republik Indonesia ini diresmikan, pada tahun 1912 telah berdiri PGHB (persatuan Guru hindia belanda). Kenggotaan PGHB meliputi semua guru tanpa memandang ijazah, status, tempat bekerja, keyakinan, agama dan lain sebagainya. Anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah.
Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua. Sejalan dengan keadaan itu maka disamping PGHB berkembang pula organisasi guru bercorak keagamaan, kebangsaan, dan yang lainnya. Salah satu kegiatan PGHB yang menonjol dibidang sosial ialah didirikannya perseroan asuransi “bumi putra” langsung dibawah pimpinan PGHB. Ketua PGHB pertama dan pendiri perseroan asuransi “bumi putra” tersebut adalah Sdr. Karto hadi soebroto. Perseroan tersebut akhirnya berdiri sendiri lepas dari kaitan gerakan kaum guru.
Persatuan guru itu akhirnya mengalami perpecahan karena masalah ijazah, status, lapangan kerja, dan lain sebagainya. Mulai 1919 lahirlah berbagai organisasi guru yaitu diantaranya PGB, PNB, PGD,PGAS dan banyak lagi yang lain. Organisasi yang tebentuk menjadi bersifat kelompok dalam bentuk federasi. Mulai muncul suatu gagasan untuk mengaktifkan kembali PGHB agar terwujud persatuan guru yang utuh. Pada tahun 1932 berganti nama nya menjadi PGI (persatuan Guru Indonesia). Namun ternyata juga masih belum berhasil menolong keadaan. Perubahan ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia. Lalu pada jaman pendudukan jepang di Indonesia, praktis tidak ada satu pun organisasi masyarakat yang tampil kecuali organisasi bentukan Jepang. Segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.
Di tahun 1945, menjelang proklamasi kemerdekaan dan sesudah proklamasi kemerdekaan, segenap masyarakat khususnya guru berjuang merebut kekuasaan pemerintah dari tangan tentara jepang dan mempertahankan serta menegakkan kemerdekaan dari tentara kolonial belanda. Disaat memuncaknya gerakan Revolusi inilah dalam kongres guru di Indonesia diadakan di Surakarta pada tanggal 25 November 1945 PGRI lahir di gedung Somoharsono, pasar pon, surakarta.
B. Kelahiran PGRI 1945 dan Pelaksanaan Kongres PGRI
Lahirnya guru berawal dari lahirnya PGRI. Dimana tepat 100 hari setelah kemerdekaan, di saat memuncak Gelora Revolusi, maka pada tanggal 23 November sampai dengan 25 November 1945 dibukalah :
1. Kongres PGRI pertama di Surakarta.
Tempat pembukaannya adalah di Gedung Sana Harsana (Pasar Pon) dan tempat kongresnya di Gedung Van Deventer School, sekarang ditempati SMP Negeri 3 Surakarta. Pada waktu kongres mendapat sambutan miltraliyur Belanda dari kapal udara yang mengadakan operasi militernya dengan sasaran gedung RRI Surakarta. Organisasi PGRI yang baru lahir itu mempunyai sifat sekaligus asas bagi PGRI :
1) Unitarististik
PGRI menetapkan unitaristik sebagai asas perjuangan karena PGRI ingin menyatukan semua potensi yang ada. Organisasi PGRI tidak memberlakukan adanya diskriminasi yaitu tidak membeda-bedakan latar belakang seorang guru baik itu agama, suku bangsa, jenis kelamin, kedudukan, berbeda tempat dan jenjang pengabdian, berbeda aspirasinya. Kebhinekaan ini merupakan potensi bangsa yang dipadukan sebagai perekat bangsa.
2) Independent
PGRI merupakan organisasi yang mandiri dan tidak bergantung pada pihak manapun. Asas ini memotivasi organisasi untuk mampu dan mau berdiri sendiri diatas kaki sendiri sehingga kemandirian ini akan mengokohkan rasa persatuan dan kesatuan, dedikasi yang tinggi, serta semangat kerja keras.
3) non partai politik
PGRI sebagai suatu organisasi yang tidak mengikatkan diri pada salah satu kekuatan social politik yang ada pada PGRI memberikan kebebasan kepada anggotanya dalam menyalurkan aspirasinya.
Guru-guru sadar akan tugasnya bahwa pendidikan adalah sarana utama dlam pembangunan bangsa dan Negara, mereka melaksanakan dwi fungsi dalam kerjanya, yaitu :di garis belakang mendidik dan mengajar di sekolah-sekolah biasa, sekolah peralihan, sekolah pengungsian. Di samping itu, mereka juga melakukan kerjasama dengan masyarakat mendirikan dapur umum dan mempersiapkan maknn untuk para pejuang di garis depan. Kecuali itu mereka menjadi pemimpin/ komandan barisan tentara :BKR, TKR, TRI,/ TNI, BARA, API, Hiazbullah, Sabilillah, Pesindo, Laskar Rakyat, PMI dan para pejuang lainnya. Sejak kelahiran PGRI dapat disimpulkan bahwa hakekat berdirinya :
a. PGRI lahir karena hikmah proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 dan juga merupakan manifestasi aspirasi kaum guru indonesia. Untuk mengambil bagian dan tanggung jawab sesuai dengan bidang dan profesinya sebagai pendidik bangsa demi tercapainya cita-cita kemredekaan.
b. PGRI mempunyai komitmen kepada NKRI yang berdasarkan pancasila dan UUD 45.
c. PGRI berbatang tubuh suatu organisasi berlandaskan proklamasi, suatu organisasi pemersatu kaum guru. Juga merupakan suatu wahana untuk kepentingan kaum guru, bagi pengembangan profesi, pendidikan pada umumnya serta pengabdian kepada tanah air dan bangsa.
d. PGRI adalah suatu organisasi profesi guru yang lahir, dan mewariskan jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945 secara terus menerus kepada setiap generasi bangsa Indonesia.
2. Kongres PGRI II dan III
Kongres PGRI II dilaksanakan di Surakarta tahun 1946 dan kongres PGRI III dilaksanakan di Madiun tahun 1948. Kedua kongres ini merupakan kongres yang dilaksanakan saat memuncaknya perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajahan Belanda yang berusaha merebut kembali daerah jajahannya dan melaksanakan politik adu domba, memecah belah wilayah Indonesia dan melemahkan semangat perjuangan bangsa Indonesia. Melalui kongres PGRI II di Surakarta dan Kongres PGRI III di Madiun, PGRI telah menggariskan haluan dan sifat perjuangannya, yaitu:
1. Mempertahankan NKRI
2. Meningkatkan tingkat pendidikan dan pengajaran nasional sesuai dengan dasar falsafah Negara Pancasila dan UUD 1945
3. Tidak bergerak dalam lapangan politik
4. Sifat dan siasat perjuangan PGRI :
§ Bersifat korektif konstruktif terhadap pemerintah
§ Bekerjasama dengan pekerja lainnya
§ Bekerjasama dengan badan-badan lainnya, parpol, organisasi pendidikan, badan-badan perjuangan.
5. Bergerak ditengah-tengah masyarakat
Keputusan Kongres PGRI II adalah wujud dari tanggung jawab nasional PGRI dalam upaya memperbaiki sistem pendidikan kolonial ke arah sistem pendidikan nadional. Perjuangan PGRI menjadikan berlakunya Pendidikan Nasional terus berlangsung. Melalui pemikiran tokoh-tokoh PGRI dalam pertemuan dengan pemerintah antara lain : H.Basyuni Suryamiharja, Drs.Gazali Dunia, Prof.Dr.Winarno Surahmat, Dra. Mien,Warmaen, Ki Suratman, Dr.Anwar Yasin.M.Ed. Akhirnya melalui perjuangan panjang pada tahun 1989 Pemerintah dengan persetujuan DPR RI menetapkan Undang-Undang Ri Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mulai diundangkan pada tanggal 27 Maret 1989.
Kongres III menegaskan garis perjuangan PGRI yang secara jelas dcantumkan dalam asas dan tujuan PGRI serta menjadi identitasnya . Garis perjuangan tersebut merupakan haluan bagi PGRI dan menjadi pedoman bagi organisai serta anggotanya dalam mewujudkan cita-cita. Sikap dan pola pikir , jiwa, dan semangat bangsa Indonesia dalam perjuangan merebut, memperjuangkan, dan mengisi kemerdekaan melalui berbagai forum organisasi PGRI dirumuskan kemudian diputuskan menjadi ”Jati Diri PGRI”.
Jati Diri PGRI menjadi identitas dan kepribadian organisasi PGRI diwujudkan dalam sikap perilaku anggotanya antara lain :
1. Sikap nasionalisme
2. Persatuan dan Kesatuan
3. Demokrasi
4. Kekeluargaan
5. Disiplin
6. Tak kenal menyerah
3. Kongres PGRI IV
Kongres PGRI IV dilaksanakan pada tanggal 26-28 Februari 1950 di Yogyakarta (ibukota RI sementara pada saat itu) dan Mr.Asaat ditunjuk sebagai pemangku jabatan Republik Indonesia. Sambutan dari Mr.Asaat pada saat pembukaan Kongres IV sangat mengesankan, membakar semangat juang PGRI, isinya adalah :
a. Persatukanlah, isilah dan sempurnakan makna ikrar resmi berdirinya NKRI
b. Memuji PGRI karena merupakan pencerminan semagat juang para guru sebagai pendidik rakyat dan pendidik bangsa..
c. Menganjurkan agar PGRI sesuai dengan tekad dan kehendak para pendirinya.
Tekad dan semangat yang menggelora, rasa persatuan dan kesatuan yang kokoh mewarnai suasana Kongres PGRI IV. Mereka datang dengan tekad bulat untuk mempertsatukan diri, bernaung di bawah panji-panji PGRI. Sejarah perjuangan Indonesia berdasarkan perjanjian Linggarjati pada tanggal 23 Maret 1947 secara de facto diwilayah RI meliputi Sumatra, Jawa dan Madura.Kemudian muncul perjanjian Renville pada 17 Januari 1948 wilayah RI menjadi semakin sempit.
Pada 27 Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia Serikat. Saat itu terdapat dua golongan dalam masyarakat yaitu golongan non Cooperator (golongan yang tidak mau bekerjasama dengan Belanda) dan golongan Cooperator (golongan orang-orang yang bekerjasama dengan Belanda). Di kalangan guru pun kedua anggota ini ada. Dalam suasana penuh kecurigaan inilah Kongres PGRI IV berlangsug.
Secara aklamasi kongres IV PGRI mengeluarkan keputusan penting yaitu Mempersatukan seluruh guru di tanah air Indonesia dalam satu wadah organisasi guru yang dinamakan PGRI. Tekad yang bulat disatukan untuk :
a. Mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
b. Menghilangkan rasa kecurigaan dan rasa kedaerahan di kalangan guru.
4. Kongres PGRI V
Kongres PGRI V dilaksanakan di Bandung pada tanggal 19-24 Desember 1950. Dalam kongres PGRI V di Bandung timbul Masalah mengenai penyesuaian gaji pegawai dan penghargaan kepada golongan non cooperator yang dengan tegas menentang Belanda saat perang. Adapun usaha yang dilakukan antara lain :
a. Menyelesaikan pelaksanaan penyesuaian gaji pegawai berdasarkan PP yang ditetapkan.
b. Menyelesaikan upaya pemberian penghargaan kepada kepada golongan Cooperator dan Non Cooperator
c. Mendesak Pemerintah agar menyusun peraturan gaji baru
d. Mendudukkan wakil PGRI dalam panitia penyusunan peraturan gaji baru
Upaya konsolidasi dan hasil yang dicapai pada kongres PGRI V antara lain :
a. 47 cabang PGRI di sulawesi dan Kalimantan masuk ke dalam barisan PGRI
b. Ada 2500 guru yang berrsedia digaji berbeda menurut ketentuan Swapraja/Swatantra tertolong dsan akhirnya digaji secara sama dan seragam dari pusat.
c. Pada bulan April 1951 tuntutan PGRI kepada Pemerintah tentang honor kenaikan dikabulkan.
d. Mulai dilakukan konferensi daerah secara teratur
Selain itu, kongres PGRI V menandung dua momentum yang penting yaitu :
§ Menyambut lustrum PGRI
§ Wujud rasa syukur dan suka cita yang mendalam karena SGI/PGI (Serikat Guru Indonesia/Persatuan Guru Indonesia) meleburkan diri ke dalam PGRI.
ΓΌ Lahirnya Organisasi-Organisasi yang Berasaskan Ideologi, Agama, dan Kekaryaan
§ Gejala Separatisme
Politik devide et impera yangdiciptakan oleh penjajah Belanda untuk memecah belah bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk menampung aspirasi rakyat Indonesia ada kasak-kusuk akan didirikan organisasi yaitu :
a. Ikatan PS/PSK Ikatan Direktur SMP/SMA
b. Ikatan guru CVO/OVO
c. Mendirikan IGN,IGM, PGII.
§ Usaha-usaha PGRI menghadapi Separatisme
Upaya yang dilakukan adalah :
a. PB PGRI lebih meningkatkan konsolidasi organisasi ke cabang daerah.
b. Membangkitkan kembali rasa persatuan dan kesatuan, jiwa semangat juang ’45, melalui berbagai kegiatan.
c. Menjelaskan hasil-hasil perjuangan PGRI. Hasil yang dicapai antara lain :
1) Keberhasilan PGRI dalam menyelesaikan PS/PSK yaitu berhasil mengecilkan wilayah PS/PSK menerima uang jalan tetap dan kedudukannya dalam PGP baru yang lebih baik.
2) Pengurangan maksimum jam mengajar dalam seminggu dan perbaikan honorarium.
3) Perbaikan nasib rekan-rekan guru yang berijazah CVO/DVO.
C. PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan dalam Memasuki Era Baru Awal Abad XXI
a. Visi PGRI
Abad 21adalah abad yang sarat dengan kemajuan, penuh tantangan persaingan bebas dalam suasana yang semaikn semaraknya proses demokrasi keterbukaan, pelaksanaan hak asasi manusia dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan.
Berdasarkan kondisi dan tantangan masa depan yang harus dihadapi serta tujuan dan cita-cita perjuangan organissi maka PGRI harus menjadi organisasi guru yang kuat, berwibawa, terpercaya, solid. Professional, mempunyai peran penting dalam pengambilan kebijaksanaan pembangunan pendidikan, pengembangan keguruan dan ilmu pendidikan di Indonesia.
PGRI berkewajiban membina dan meningkatkan kemampuan profesionalisme anggotanya agar menjadi tenaga kependidikan yang memiliki profesionalitas yang tinggi, demokratis, memperoleh kehormatan dan penghargaan sesuai harkat martabatnya, sejahtera lahir batin, bertanggung jawab, bermoral, berdedikasi tinggi terhadap profesinya serta berperan aktif dalam menggalang persatuan dan kerjasama guru dan organisasi guru baik kawasan regional maupun global.
b. Misi PGRI
1. Menjaga, mempertahankan dan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, membela dan mempertahankan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta mewujudkan cita-cita Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
2. Menyukseskan pembangunan nasional khusunya pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang berlandaskan pada asas demokrasi keterbukaan, pengakuan dan penghormatan atas hak asasi manusia memotivasi untuk mampu berdiri diatas kaki sendiri, penuh percaya diri, bebas dari sifat ketergantungan pada siapa pun juga. Asas kemandirian ini menuntut pula kokohnya rasa persatuan dan kesatuan, penuh dedikasi semangat kerja keras, berlandaskan pada asas kebersamaan dalam mitra kesejajaran.
3. Non politik
Sebagai organisasi PGRI tidak terikat atau mengikatkan diri pada salah satu kekuatan social politik maupun PGTI memberikan kebebasab kepada individu anggotanya untuk menyalurkan aspirasi politiknya tanpa meninggalkan asas dan jati diri PGRI
4. Kejuangan
PGRI sebagai organisasi perjuangan mengemban amanat cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 yang dilandasu jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945 dengan penuh rasa tanggung jawab, menegakkan dan melaksanakan secara aktoif hakikat dan perwujudan cita-cita nasinal bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
5. Manfaat
Sebagai wadah tempat berhimpunnya para guru dan tenaga kependidikan lainnya, PGRI berusaha memberikan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi organisasi maupun masyarakat tanpa harus merugikan dan mengganggu hak dan kepentingan orang lain. Kemanfaatan diarahkan juga bagi peningkatan kesejahteraqan masyarakat, bangsa dan Negara.
6. Kebersamaan dan kekeluargaan
Asas kebersamaan menimbulkan sikap salinh menghargai, salimh memahami, saling asih, salinh asah dan saling asuh. Asas kekeluargaan memberikan pedoman agar saling menghormati dan saling tenggang rasa, yang muda menghormati yang tua, yang tua menjadi teladan yang muda, konsekuen, menegakkan moral dan akhlak.
7. Kesetiakawanan sosial
Kepekaan terhadap keadaan lingkungan, kehidupan anggota dan penderitaan orang lain, semangat rela berkorban untuk kepentingan orang lain anggota yang sangat memerlukan.
8. Keterbukaan
Sikap keterbukaan untuk menumbuhkan rasa memiliki, mawas diri merasa termotivasi, berpartisipasi dan rasa tanggung jawab diantara sesame anggota, sesame pengurus dan diantara anggota pengurus menumbuhkan kepercayaan, menghindarkan kecurigaan dan meningkatkan kepedulian. Keterbukaan adalah salah satu wujud kejujuran dan tegaknya keadilan.
9. Keterpaduan dan kemitraan
Sesame rekan seperjuangan sesame organisasi kemasyarakatan sesame pengabdi masyarakat, bangsa dan negara dikembangkan sikap kemitraan yang slaing menguntungkan, saling membantu, saling bekerja sama bahu membahu. Keterpaduan dengan berbagai dimensi kehidupan merupakan hal yang esensial untuk mewujudkan rasa kemitraan yang saling menunjang antara sesame anggota dan dengan pemerintah serta segenap lapisan masyarakat.
10. Demokrasi
Asas demokrasi yang berdasarkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila dan asas-asas universal, keadlian, kebenaran dan kemanusiaan bebas berpendapat, bebas menyalurkan pendapat bebas membela dan mempertahankan hak asasi sendiri akan tetapi berkewajiban pula untuk menegakkan dan menghormati hak asasi orang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan adanya PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sebagai Organisasi perjuangan PGRI membela dan mempertahankan Republik Indonesia dan PGRI dinyatakan sebagai organisasi perjuangan karena PGRI mengemban amanat cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945, menjamin, menjaga dan mempertahankan keutuhan dan kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta mempunyai andil besar dalam pendidikan di Indonesia.
B. Saran
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas penulis mempunyai saran, agar kita sebagai penerus bangsa terlebih guru dan calon-calon pendidik harus mampu meneruskan semangat juang para guru terdahulu yang telah berkorban dan berjuang demi Tanah Air dan Bangsa, mampu mengembangkan dan meningkatkan martabat profesinya dan banyak belajar dari pengalaman sejarah guru terdahulu agar tidak melupakan jasa-jasa yang telah mereka berikan kepada kita. Seperti dalam pidato Rh. Kusnan “Guru bukan penghias alam yang tidak dapat dipakai kalau perlu dan dibuang kalau sudah layu dan tidak berguna lagi. Guru ialah pembentuk jiwa, pembangun masyarakat.”
Daftar Pustaka
Taruna, S.H., dkk. 2007. Pendidikan Sejarah Perjuangan Persatuan Guru Republik Indonesia (PSP PGRI). Semarang : IKIP PGRI Semarang Press
Drs. Sulistiyo, M.Pd. 2002. Mengenal Perjuangan PGRI Jawa Tengah. Semarang : Badan Penerbit PGRI Jawa Tengah.
Hadiatmadja, dkk. 1998. Pendidikan Sejarah Perjuangan PGRI (PSP-PGRI). Semarang : IKIP PGRI Semarang Press
Ichsan. 2008. Sejarah Singkat Lahir PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)(online).http://sigitajiputra.wordpress.com/2009/12/07/sejarah-persatuan-guru-republik-indonesia/#more-33, diakses tanggal, 30 Oktober 2010, Pukul : 11.30 WIB
http:\\sejarah pggri.htm, diakses tanggal, 4 April 2011, pukul : 09.30 WIB
Selasa, 05 April 2011
SEMANGAT PAGI !!!
Hallo , ini blog pertama saya.
sebetulnya iseng aja, ya ini baru awal...
mohon doa dan dukungan yaaaaaaa :)
sebetulnya iseng aja, ya ini baru awal...
mohon doa dan dukungan yaaaaaaa :)
Langganan:
Postingan (Atom)