JADI APA NANTINYA PENDIDIKAN
2013?
Kurikulum di Indonesia pesat
berkembang, mulai dari kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi, hingga
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang belum tahu signifikansi hasil yang
diperoleh. Sekarang dibuatlah Kurikulum baru yang rencananya akan keluar 2013
nanti. Rencana perubahan kurikulum yang akan menggantikan kurikulum sebelumnya,
menuai banyak kritik. Sejak awal rencana perubahan ini digulirkan menuai pro
kontra, mulai dari dihapusnya mata pelajaran Bahasa Inggris sampai dengan waktu
penerapan yang terkesan dipaksakan.
Menurut Wuryadi, Ketua Dewan
Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat tiga kelemahan dalam draft
kurikulum 2013,
Kelemahan pertama, kurikulum 2013
bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional karena penekanan pengembangan kurikulum hanya didasarkan pada
orientasi pragmatis, kurikulum ini juga tidak didasarkan evaluasi dari
kurikulum sebelumnya. Kedua kemendikbud tidak pernah mendengarkan aspirasi dari
guru langsung dalam merumuskan 2013, dianggap semua memiliki kemampuan yang
sama. Kelemahan yang ketiga, pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS
denganenam mata pelajaran baru untuk jenjang sekolah dasar. Hal tersebut
dinilai tidak tepat karena rumpun ilmu mata pelajaran mata pelajaran itu
berbeda.
Ganti kurikulum pastinya ganti buku
juga, lembar kerja siswa pun tak ada, yang ada hanya buku panduan guru untuk
mengajar peserta didik. Sebelumnya, Mendikbud Mohammad Nuh menjelaskan
buku-buku pelajaran baru tidak boleh membebani masyarakat. Dalam kurikulum
baru, buku ajar disiapkan Kemendikbud . hanya ada satu buku saja yang akan
diajarkan sekolah. Padahal jika kita bisa amati seksama, guru-guru dan kepala
sekolah yang notabene nya bekerja keras dalam menyesuaikan kurikulum lama,
sekarang harus kembali memutar pikiran memusatkan perhatian kepada peserta
didik mereka. Kutipan saya ambil dari dosen manajemen saya “ Sekolah Dasar
perlu perhatian khusus, perlu adanya sosialisasi berlebih, jika sekolah dasar
setiap harinya berjadwal tematik, senin tematik, selasa tematik, rabu tematik,
nanti kalau ditanya orang tua, “Dek pelajaran besok apa? Tematiiiiiik Bu.. Opo
kuwi Dek tematik?” Buku Tematik, Tugas Tematik.” Sosialisasi tidak hanya untuk
guru dan peserta didik, tetapi orangtua harus, bukan bukan, maksud saya PERLU!
Guru juga tidak perlu bersusah payah
membuat silabus, pendapat yang menyatakan ada guru yang tidak dapat membuat
silabus menurut saya kurang tepat, tiap perwakilan terbaik dari sekolah pasti
telah mengikuti semacam pelatihan pembuatan silabus pada saat sebelum kurikulum
lama diluncurkan. Selain itu guru juga dapat mencari referensi dari dan ke
berbagai pihak. Lantas kalau kurikulum itu membuat semua perangkatnya belum
sempurna mengapa tidak disempurnakan?
Kurikulum lama belum dievaluasi,
mengapa yang baru sudah digemborkan untuk dilaksanakan? Apakah anak tidak
cenderung bosan mendapatkan satu buku tiap hari dalam tasnya? Terlebih anak
sekolah dasar..apa jadinya nanti ? ya… kita tunggu saja. .
Salam, utut .
artikel diambil dari banyak sumber dan kutipan.
daftar pustaka